Rabu, 30 November 2016

cerpen remaja

PINTU USANG

Hari ini aku pulang, aku pulang dengan kehidupanku yang nyaman
Seperti hari biasa, hari biasa yang ingin kutinggalkan
Haruskah aku hidup seperti ini,
Hidup yang tak pernah mendapat luka,
Bukan aku tangguh, kuat, ataupun luar biasa
Tapi karena aku hanyalah bayangan
Bayangan yang selalu dijaga oleh sang tuan
Tapi apa gunanya semua itu
Aku hanya ada tapi tak bisa berbuat apa-apa
Biarkan aku kepanasan dan kehujanan
Karena sebagian hidupku juga menginginkan demikian
Kau tak perlu lagi menjadi tuanku
Jika kakimu tuan, yang mengikat bayangan ini dengan tubuh mu
Haruskah aku memotongnya, agar aku kembali bernyawa
Aku mohon lepaskan aku, dari ketidak mampuan ini

                suara tepukan keras terdengar menguasai seluruh ruangan, aku hanya bisa memandang tertegun, “apa yang sedang mereka elu-elukan, apakah puisi yang baru saja kutampilkan, ahh mana mungkin itu hanya puisi sederhana yang bahkan bisa dibuat oleh remaja-remaja labil,” pikir ku dalam hati, tapi pikiranku itu segera membuyar tatkala orang orang didepanku bersahut-sahutan memanggil nama ku “Elma Elma Elma....”, mendengar mereka menyanjungku aku hanya menundukkan kepala dan mengayunkan tangan kanan ku ke bawah sebagai pertanda berakhirnya pementasanku hari ini.
                Sesampai dirumah aku masih tidak percaya dengan peristiwa yang kualami barusan, apalagi saat melihat piala besar yang saat itu tengah kubopong
                “benarkah ini terjadi, aku bahkan tidak bisa membedakan ini mimpi buruk atau mimpi baik”gumamku sendiri
bagaimana bisa kau berpikir ini mimpi, jikapun ini benar-benar mimpi maka ini adalah mimpi baik untuk mu” tiba-tiba ada orang yang menanggapi ku dari belakang, akupun langsung menoleh, dan ternyata ia adalah Andy yang tak lain adalah kakak kelasku
ah kakak, apa yang kau lakukan disini” tanya ku pada Andy
kau ini, tentunya aku mau memberi mu selamat atas kemenangan mu hari ini, dannn.. maaf aku tidak bisa datang dan melihat mu secara langsung” tutur Andy penuh kharisma
kapan diantara kita ada rasa canggung, apa kau lapar?, yuk kita makan, aku akan mentraktirmu, ” ucap ku mencairkan suasana
baiklah, tapi jangan mengomel jika aku memesan makanan yang mahal” sahutnya dengan tersenyum
tentu saja, tapi... bukankah dompet di kantong belakang mu sangat tebal, mungkin aku bisa menghutangnya dulu untuk mentraktirmu” ucapku dengan tersenyum lebar, Andy pun dengan segera membalas senyumanku, kamipun tertawa terbahak-bahak bersama.
 Ketika bersamanya aku merasa sangat senang bahkan tidak ada satupun yang kutakutkan, tapi begitu kami berpisah tiba-tiba perasaan bersalah selalu menggangguku, seperti malam ini, setelah kak Andy mengantarku pulang, tanpa tahu datang dari mana tiba-tiba perasaan itu menghinggapiku lagi. Aku merasa bahagia ketika kak Andy selalu disampingku, dia menjagaku lebih dari dirinya sendiri, bahkan orang lain menghargaiku karena aku dekat dengannya,kharismanya yang begitu besar membuat banyak orang simpati dengan nya, bahkan diantara wanita-wanita disekolah ataupun diluar sekolah, mereka selalu memujanya, merekapun tak jarang merasa iri pada ku karena kedekatanku dengan kak Andy, namun aku sering dihinggapi ketakutan akan kah kak Andy tetap bersikap seperti ini padaku selamanya, aku merasa diriku akan hancur jika hal yang ku takutkan benar-benar terjadi, mana mungkin aku selalu bergantung pada pohon yang bukan diriku sendiri, jikalu ada angin kencang pasti pohon itu akan melepaskanku dan meninggalkanku begitu saja, “tidak.. sebelum aku ditinggalkan aku harus lebih dulu meninggalkannya,” batinku dalam hati
..........
Tanda bel masuk kelas berbunyi, seluruh siswa berhamburan menuju kelasnya masing-masing, pagi ini bu Susi masuk kekelasku, dan itu berarti seluruh siswa selama 2 jam harus selalu menghadap kepapan tulis, tiba-tiba bu Susi menginstruksiku untuk maju kedepan.
Elma.., kau biasanya mendapat nilai sempurna, tapi kenapa nilai matematika mu hanya 80?, apa kau tidak mengkonsultasikan pekerjaan mu ke Andy, kau dekat dengan nya dan itulah yang menjadi kelebihan mu, kau seharusnya meminta Andy untuk mengkoreksi jawaban mu, dia adalah siswa yang pintar, kau harusnya belajar darinya” hardik bu Susi padaku dengan menyerahkan buku tugas matematika
iya bu” ucapku berat hati, akupun mengambil buku tugas itu dari tangan bu Susi
Setelah pelajaran selesai aku tak henti-hentinya memikirkan perkataan bu Susi, bagaimana bisa bu Susi berkata seperti itu padaku, meskipun perkataanya benar tapi tak seharusnya aku mendengar hal itu, meskipun aku sangat dekat dengan kak Andy tapi aku sangat terhasut dengan perkatan bu Susi barusan, terlintas dipikiranku untuk menjauhkan hidupku dari kak Andy, karena jika kami masih bersama aku hanya akan menjadi yang kedua, bahkan kemampuanku tidak akan pernah diakui oleh siapapun, karena yang mereka akui hanyalah kemampuan kak Andy.
                “kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?, kau sedang PMS ya?”tanya Aca padaku
                “apa-apaan sih kau ini” jawabku kesal
apa anak-anak mengolok mu karena kau dekat dengan kak Andy?” tanya Aca ingin tahu
karena aku dekat dengan kan Andy, mereka tidak akan berani mengolokku” ucapku ketus
lalu apa yang sedang kau risaukan?” tanya aca penuh selidik
jika kau jadi aku, apa kau akan merasa senang?” tanya ku balik pada Ana
tentu saja, bahkan aku lebih ingin menjadi dirimu dibanding jadi Raisa (penyanyi Indonesia)” ucap Aca tanpa berpikir
apa bagimu semudah itu memutuskan hidup yang ingin kau jalani” kata ku tak yakin
apa selama ini kau menutup mata, telinga, dan perasaan mu, jika kau melihat gadis-gadis lain, pasti kau akan tersenyum dengan bangganya saat bercermin, kau selalu menjadi buah bibir para gadis, kau menjalani hidup seperti aktris wanita dalam drama, kau tahu, kehidupan mu begitu didambakan banyak gadis, aku rasa kaulah cinderella dikehidupan nyata” terang Aca panjang lebar, mendengar kata-kata yang diucapkan Aca aku merasa frustasi akan diriku sendiri, bagaimana mungkin kehidupan yang kuanggap canggung, justru dianggap luar biasa oleh orang lain.
........
                Dua tahun berlalu namun kehidupanku tetap tak berubah, semakin hari perasaan canggung, was-was, dan marah nampaknya selalu bertambah kuat menggelayuti pikiran ku, tapi apa daya ku jika perubahan besar belum bisa kuatasi dengan baik, saat ini kak Andy tengah menjalani masa kuliah semester tiga disalah satu kampus ternama di Yogyakarta, sedangkan aku baru saja menyelesaikan pendidikan SMA, kedua orang tuaku menyarankan ku untuk sekampus dengan kak Andy, namun aku justru berpikir sebaliknya, ini menjadi salah satu kesempatanku untuk tak lagi menjadi bayangan kak Andy, jika aku bisa kuliah sejauh mungkin dari tempat kuliahnya sekarang pasti kebebasan mutlak akan ku peroleh, aku tak lagi memikirkan eksistensi ku yang akan hilang karena tak lagi bersama kak Andy, karena yang ku inginkan orang dapat melihat serta menghargai ku atas apa yang kulakukan bukan karena dukungan orang lain, akupun memutuskan untuk mendaftar salah satu kampus di Jatim, karena tempat tinggalku sekarang di Semarang, maka tak ada lagi kesempatan bagi kak Andy untuk tetap berada disampingku, karena jelas-jelas arah kampus kami berlawanan, saat orang tua ku mendengar keputusanku yang berbeda dari perkiraannya, mereka hanya bisa menyayangkannya saja, namun pada akhirnya mereka menyetujui keputusan yang aku ambil, berbeda dengan kak Andy, saat ia mendengarnya ia langsung ke Semarang
                “apa kau benar-benar akan kuliah di Jatim?” tanya kak Andy begitu sampai di ruamahku, akupun dengan cepat mengiyakan pertanyaannya
kenapa di Jatim, bukankah kau sendiri yang bilang padaku ingin kuliah di Yogya?” tanyanya lagi
dulu memang aku berpikir begitu, tapi sekarang tidak lagi ” jawabku mengelak
kau tahu Elma, aku kuliah di Yogya bukan karena keinginanku untuk kuliah disana, tapi keinginanku untuk selalu bisa bersama mu, jika kau seperti ini lantas apa yang harus aku lakukan?” tanya kak Andy kebingungan
maafkan aku kak,  aku tidak bermaksud membuat kakak bingung, tapi aku harus hidup sesuai dengan kemauanku, jika impianku dulu berbeda dengan yang sekarang, bukankah itu hal yang wajar, lagi pula aku juga sudah diterima dikampus ku sekarang, dan orang tuaku juga sudah menyetujuinya, aku mohon kak mengertilah..” kata ku menenangkan kak Andy
“baiklah jika itu kemauan mu, tapi kau harus tetap menjadi dirimu yang dulu,kau mengerti?” pinta kak Andy sungguh-sungguh
ya aku janji kak”jawabku singkat
..........
                Setelah masuk periode ajaran baru kamipun menjalani kehidupan perkuliahan masing-masing, aku merasa bebas dengan kehidupanku sekarang, memiliki banyak teman , dan hidup mandiri dengan kemampuanku sendiri tentunya, aku merasa pergaulan inilah yang ku idamkan dulu, kami berteman tanpa memandang status, terlebih lagi mereka menghargaiku tanpa melibatkan dukungan dari kak Andy, seminggu pun berlalu, masa orientasipun telah kulalui, aku berharap hidupku akan selalu berjalan sesuai keinginanku. Meskipun aku dan kak Andy tidak pernah bertemu lagi, namun kak Andy selalu menelpon ku setiap hari, jika aku aktif di medsos, kak Andy pun selalu mengechat ku terlebih dulu, meskipun hidupku tak sepenuhnya lepas dari kak Andy, tapi aku cukup menghargai perasaannya yang tulus pada ku.
                Dua minggu pun berlalu, hubunganku dengan kak Andy pun tetap terjalin dengan baik, namun hari ini berbeda dengan biasanya, sudah menjelang sore tapi kak Andy belum sekalipun menelphone ku, aku merasa sedikit khawatir terhadapnya namun aku juga merasa bahagia, mungkin saja dia telah melupakan ku sepenuhnya, inilah langkah terakhir ku agar terbebas sepenuhnya dari kak Andy.
                Takdir malang memang selalu menyertaiku,tanpa kabar sedikitpun tiba-tiba kak Andy sudah berada didepan kost ku “aishhh haruskah aku berlari sekarang, ini begitu memuakkan” gumam ku dalam hati
            “bagaimana kabarmu Elma?” tanya kak Andy memulai pembicaraan
            “baik kak” jawabku agak canggung
maaf aku datang tanpa mengabarimu, apa kau merasa terganggu?” tanya kak Andy
tidak kak” jawabku basa-basi
ini untukmu, aku membawakannya dari Yogya” kata kak Andy dengan menyodorkan beberapa paketan padaku
ahh, kenapa kakak repot-repot sepert ini, terimakasih ya kak” ucapku pada kak Andy
iya sama-sama, kau pasti lelah, kalau begitu aku pergi dulu” kata kak Andy padaku
apa kakak sudah punya tempat untu menginap?, diujung jalan ini ada tempat penginapan yang cukup bagus” kata ku yakin
ah tidak usah, aku harus langsung kembali ke yogya, besok siang aku ada kuis,”ucap kak Andy dengan tersenyum
jadi kakak sudah mau pulang?” tanyaku selidik
iya, melihatmu seperti ini sudah cukup bagi ku” terang kak Andy padaku, kak Andy pun mulai melangkah pergi dari kostku, ia tak lupa melambaikan tangannya, akupun membalas lambaian tangannya, melihat punggungnya yang semakin menjauh akupun merasa sangat bersalah, bagaimana bisa aku mempersulit kehidupan kak Andy yang selama ini memudahkan kehidupan ku, tidak aku tidak boleh menjadi wanita lemah seperti ini, punggungnya telah menghilang dari pandanganku, akupun masuk kedalam kamar kost dan mencoba menghilangkan perasan bersalah ini.
Keesokan harinya kostan ku dipenuhi gosip-gosip yang membuat ku merasa tak ingin keluar dari kamar ku, mereka selalu membisikkan kata-kata yang kuanggap sebagai sampah
aku pikir sosok Lee Min Ho datang tadi malam, tapi tak taunya dia mencari maba samping kamarku, aisshh pria itu begitu tampan, beruntung sekali ia memiliki pacar seperti itu” ucap kakak tingkat sebelah kamarku, setelah kejadian semalam, seminggu sekali kak Andy mengunjungiku ke tempat kost, aku merasa hidupku di Jatim tak jauh berbeda dari kehidupanku di semarang.
Hidupku yang canggung itu kembali kujalani selama empat tahun masa perkuliahan, bahkan setelah kak Andy mendapatkan gelar sarjana, ia pun memutuskan unuk bekerja dan melanjutkan S2nya dikampus yang sama sepertiku, tahun terakhirku kuliah sama saja seperti kehidupanku selama di Semarang. “ Apa yang harus aku lakukan????” itulah pertanyaan yang selalu kuucapkan ketika kebingungan ini menderaku
.......
Setahun berlalu dengan cepat akupun telah genap mengikuti masa kuliah selama delapan semester, seperti wisudawan lainnya aku juga merasa kebingungan dengan apa yang akan kulakukan setelah mendapat gelar sarjana. Tanpa sepengetahuan orang tuaku ataupun kak Andy aku memutuskan hal besar dalam hidupku, setelah mengurus pasport dan surat-surat penting lainnya, aku memutuskan untuk hijrah dari Negeri ini, aku pergi ke Korea Selatan untuk berguru pada desainer-desainer terkemuka disana.
                Sebulan sekali aku mengirim surat untuk orang tuaku, itupun tanpa menyertakan alamat ku di Korea, sedangkan kak Andy aku anggap hubungan kami telah berakhir. Kami sama sekali tidak pernah berhubungan bahkan aku tidak tahu lagi kehidupannya sekarang seperti apa.
                Hari ini cuaca di Seoul sangatlah dingin, sejak semalam salju turun tanpa henti, aku membutuhkan lima lapis baju agar tetap hangat saat beraktifitas diluar, baru berjalan 50 meter dari apartemen ku tiba-tiba ada orang yang memanggilku “Elma”, akupun mencari sumber suara yang barusan memanggil namaku
                “kau siapa?”tanyaku penasaran, orang itu berlari kearah ku dan secepat kilat meraih tubuhku, ia memelukku dengan sangat erat “kau tak ingat aku?” tanya orang itu dan melepaskan pelukannya kepadaku, aku menatap wajahnya dan ternyata
kak,,” ucapku tak kuasa meneruskannya
ya, ini aku Andy” jawab orang itu pada ku, ketika ia menyebut nama Andy, kaki ku seakan menyuruhku untuk mundur, otakku tidak siap untuk mendengar nama Andy, akupun mencoba untuk menghindarinya, tapi tangannya menggapai tanganku dan menggenggamnya dengan erat
kenapa??, sudah 2 tahun aku memberi mu kesempatan untuk kembali, tapi kau tak kunjung datang, apa aku begitu tak layak untukmu?” selidik kak Andy
seharusnya 2 tahun ini kau gunakan untuk melupakan ku karena kesempatan yang kau berikan padaku tidak ada gunanya lagi” kata ku dengan yakin
kau pikir melupakan mu itu mudah?, aku tahu kau muak padaku, tapi setidaknya kau harus memberi tahuku semua perasan mu, selama ini aku tahu kau ingin menjauh dariku, tapi selagi kau tidak mengatakannya, aku akan tetap berada disisimu, saat kau pergi 2 tahun lalu, aku merasa saat itulah puncak dari kecemasan mu, meskipun aku tahu kemana kau menyembunyikan diri, namun aku tak bisa menemui mu, aku hanya menahannya lagi dan lagi, tapi sampai kapan?, ini sudah 2 tahun, dan aku tak lagi bisa menahannya,” terang kak Andy menyudutkanku
kak, apa kau senaif ini, selama bersamamu aku hanya bisa tertawa, tapi ketika aku sendiri tawa itu tak nampak lagi, kau tahu, orang-orang sangat menghargaiku, tapi bukannya diriku yang mereka hargai,  melainkan dirimu yang menjadi topeng bagiku. Kita tidak selamanya akan bersama dan itulah yang menjadi ketakutanku, jika kau muak padaku, lantas apa aku masih bernilai?, tidak ..aku tidak mau hidup seperti itu, semakin kau bersikap baik, semakin aku ingin menjauhi mu, aku tak peduli kau menganggap ku egois, meskipun seribu kali aku berpikir, semua pikiran itu tak akan mengubah apapun, karena sebelum kau mendorongku aku akan lebih dulu melepaskan genggaman tangan mu, ” tutur ku dengan mata berkaca-kaca
                “baiklah..., setelah mendengar semuanya dari mu aku cukup lega,, tapi...  satu hal yang perlu kau ingat, apapun yang terjadi.. perasaan ku tidak akan pernah berubah terhadapmu, kau bebas memilih hidupmu, tapi... pintu untuk mu kembali padaku akan selalu terbuka, tak perduli sampai kapan pun, jadi jangan pernah malu untuk kembali, ” ucap kak Andy meyakinkan ku
                tanpa meminta jawaban ku, kak Andypun langsung membukakan pintu mobilnya untuk ku
 “masuklah, diluar dingin, kau mau kemana?, aku akan mengantarkan mu” tanya kak Andy
tidak usah, aku bisa pergi sendiri” jawab ku singkat
Itu adalah hari dimana ku akhiri hubungan ku dengan kak Andy
...........................
waktu berlalu begitu cepat, akupun tak semuda dulu lagi, hidup yang begitu keras di negeri orang membuatku mengerti betul apa itu perjuangan, menjalin banyak hubungan dengan orang membuat ku paham bahwa dunia ini realistis, kebanyakan dari mereka hanya akan memberi ketika mereka tahu imbalan yang akan mereka dapatkan, ketulusan...  aku pikir hal itu sudah tak ada, bahkan ketika kita berbuat baik dan hanya mengharap pahala dari Tuhan, apakah itu dapat dinamakan ketulusan?, entahlahh..., hal itu membuatku berpikir, apakah sikap kak Andy pada ku benar- benar tulus?, meskipun tak pernah kutahu jawabannya tapi setidaknya dia lah satu-satunya orang yang bisa menerimaku apa adanya, benar aku menyesal betul telah menyia-nyiakannya, meski sampai sekarang pintu itu masih terbuka, tapi rasa gengsi ku terlalu besar untuk berbalik pulang, bagiku ini bukan kisah menyedihkan, tapi ini adalah pilihan, meskipun aku diberi kesempatan untuk kembali dimasa kuliah, akupun akan tetap memilih jalan ini, setidaknya ini adalah pilihan ku dan aku harus bertanggung jawab sampai akhir.
 TAMAT