Rabu, 30 November 2016

cerpen remaja

PINTU USANG

Hari ini aku pulang, aku pulang dengan kehidupanku yang nyaman
Seperti hari biasa, hari biasa yang ingin kutinggalkan
Haruskah aku hidup seperti ini,
Hidup yang tak pernah mendapat luka,
Bukan aku tangguh, kuat, ataupun luar biasa
Tapi karena aku hanyalah bayangan
Bayangan yang selalu dijaga oleh sang tuan
Tapi apa gunanya semua itu
Aku hanya ada tapi tak bisa berbuat apa-apa
Biarkan aku kepanasan dan kehujanan
Karena sebagian hidupku juga menginginkan demikian
Kau tak perlu lagi menjadi tuanku
Jika kakimu tuan, yang mengikat bayangan ini dengan tubuh mu
Haruskah aku memotongnya, agar aku kembali bernyawa
Aku mohon lepaskan aku, dari ketidak mampuan ini

                suara tepukan keras terdengar menguasai seluruh ruangan, aku hanya bisa memandang tertegun, “apa yang sedang mereka elu-elukan, apakah puisi yang baru saja kutampilkan, ahh mana mungkin itu hanya puisi sederhana yang bahkan bisa dibuat oleh remaja-remaja labil,” pikir ku dalam hati, tapi pikiranku itu segera membuyar tatkala orang orang didepanku bersahut-sahutan memanggil nama ku “Elma Elma Elma....”, mendengar mereka menyanjungku aku hanya menundukkan kepala dan mengayunkan tangan kanan ku ke bawah sebagai pertanda berakhirnya pementasanku hari ini.
                Sesampai dirumah aku masih tidak percaya dengan peristiwa yang kualami barusan, apalagi saat melihat piala besar yang saat itu tengah kubopong
                “benarkah ini terjadi, aku bahkan tidak bisa membedakan ini mimpi buruk atau mimpi baik”gumamku sendiri
bagaimana bisa kau berpikir ini mimpi, jikapun ini benar-benar mimpi maka ini adalah mimpi baik untuk mu” tiba-tiba ada orang yang menanggapi ku dari belakang, akupun langsung menoleh, dan ternyata ia adalah Andy yang tak lain adalah kakak kelasku
ah kakak, apa yang kau lakukan disini” tanya ku pada Andy
kau ini, tentunya aku mau memberi mu selamat atas kemenangan mu hari ini, dannn.. maaf aku tidak bisa datang dan melihat mu secara langsung” tutur Andy penuh kharisma
kapan diantara kita ada rasa canggung, apa kau lapar?, yuk kita makan, aku akan mentraktirmu, ” ucap ku mencairkan suasana
baiklah, tapi jangan mengomel jika aku memesan makanan yang mahal” sahutnya dengan tersenyum
tentu saja, tapi... bukankah dompet di kantong belakang mu sangat tebal, mungkin aku bisa menghutangnya dulu untuk mentraktirmu” ucapku dengan tersenyum lebar, Andy pun dengan segera membalas senyumanku, kamipun tertawa terbahak-bahak bersama.
 Ketika bersamanya aku merasa sangat senang bahkan tidak ada satupun yang kutakutkan, tapi begitu kami berpisah tiba-tiba perasaan bersalah selalu menggangguku, seperti malam ini, setelah kak Andy mengantarku pulang, tanpa tahu datang dari mana tiba-tiba perasaan itu menghinggapiku lagi. Aku merasa bahagia ketika kak Andy selalu disampingku, dia menjagaku lebih dari dirinya sendiri, bahkan orang lain menghargaiku karena aku dekat dengannya,kharismanya yang begitu besar membuat banyak orang simpati dengan nya, bahkan diantara wanita-wanita disekolah ataupun diluar sekolah, mereka selalu memujanya, merekapun tak jarang merasa iri pada ku karena kedekatanku dengan kak Andy, namun aku sering dihinggapi ketakutan akan kah kak Andy tetap bersikap seperti ini padaku selamanya, aku merasa diriku akan hancur jika hal yang ku takutkan benar-benar terjadi, mana mungkin aku selalu bergantung pada pohon yang bukan diriku sendiri, jikalu ada angin kencang pasti pohon itu akan melepaskanku dan meninggalkanku begitu saja, “tidak.. sebelum aku ditinggalkan aku harus lebih dulu meninggalkannya,” batinku dalam hati
..........
Tanda bel masuk kelas berbunyi, seluruh siswa berhamburan menuju kelasnya masing-masing, pagi ini bu Susi masuk kekelasku, dan itu berarti seluruh siswa selama 2 jam harus selalu menghadap kepapan tulis, tiba-tiba bu Susi menginstruksiku untuk maju kedepan.
Elma.., kau biasanya mendapat nilai sempurna, tapi kenapa nilai matematika mu hanya 80?, apa kau tidak mengkonsultasikan pekerjaan mu ke Andy, kau dekat dengan nya dan itulah yang menjadi kelebihan mu, kau seharusnya meminta Andy untuk mengkoreksi jawaban mu, dia adalah siswa yang pintar, kau harusnya belajar darinya” hardik bu Susi padaku dengan menyerahkan buku tugas matematika
iya bu” ucapku berat hati, akupun mengambil buku tugas itu dari tangan bu Susi
Setelah pelajaran selesai aku tak henti-hentinya memikirkan perkataan bu Susi, bagaimana bisa bu Susi berkata seperti itu padaku, meskipun perkataanya benar tapi tak seharusnya aku mendengar hal itu, meskipun aku sangat dekat dengan kak Andy tapi aku sangat terhasut dengan perkatan bu Susi barusan, terlintas dipikiranku untuk menjauhkan hidupku dari kak Andy, karena jika kami masih bersama aku hanya akan menjadi yang kedua, bahkan kemampuanku tidak akan pernah diakui oleh siapapun, karena yang mereka akui hanyalah kemampuan kak Andy.
                “kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?, kau sedang PMS ya?”tanya Aca padaku
                “apa-apaan sih kau ini” jawabku kesal
apa anak-anak mengolok mu karena kau dekat dengan kak Andy?” tanya Aca ingin tahu
karena aku dekat dengan kan Andy, mereka tidak akan berani mengolokku” ucapku ketus
lalu apa yang sedang kau risaukan?” tanya aca penuh selidik
jika kau jadi aku, apa kau akan merasa senang?” tanya ku balik pada Ana
tentu saja, bahkan aku lebih ingin menjadi dirimu dibanding jadi Raisa (penyanyi Indonesia)” ucap Aca tanpa berpikir
apa bagimu semudah itu memutuskan hidup yang ingin kau jalani” kata ku tak yakin
apa selama ini kau menutup mata, telinga, dan perasaan mu, jika kau melihat gadis-gadis lain, pasti kau akan tersenyum dengan bangganya saat bercermin, kau selalu menjadi buah bibir para gadis, kau menjalani hidup seperti aktris wanita dalam drama, kau tahu, kehidupan mu begitu didambakan banyak gadis, aku rasa kaulah cinderella dikehidupan nyata” terang Aca panjang lebar, mendengar kata-kata yang diucapkan Aca aku merasa frustasi akan diriku sendiri, bagaimana mungkin kehidupan yang kuanggap canggung, justru dianggap luar biasa oleh orang lain.
........
                Dua tahun berlalu namun kehidupanku tetap tak berubah, semakin hari perasaan canggung, was-was, dan marah nampaknya selalu bertambah kuat menggelayuti pikiran ku, tapi apa daya ku jika perubahan besar belum bisa kuatasi dengan baik, saat ini kak Andy tengah menjalani masa kuliah semester tiga disalah satu kampus ternama di Yogyakarta, sedangkan aku baru saja menyelesaikan pendidikan SMA, kedua orang tuaku menyarankan ku untuk sekampus dengan kak Andy, namun aku justru berpikir sebaliknya, ini menjadi salah satu kesempatanku untuk tak lagi menjadi bayangan kak Andy, jika aku bisa kuliah sejauh mungkin dari tempat kuliahnya sekarang pasti kebebasan mutlak akan ku peroleh, aku tak lagi memikirkan eksistensi ku yang akan hilang karena tak lagi bersama kak Andy, karena yang ku inginkan orang dapat melihat serta menghargai ku atas apa yang kulakukan bukan karena dukungan orang lain, akupun memutuskan untuk mendaftar salah satu kampus di Jatim, karena tempat tinggalku sekarang di Semarang, maka tak ada lagi kesempatan bagi kak Andy untuk tetap berada disampingku, karena jelas-jelas arah kampus kami berlawanan, saat orang tua ku mendengar keputusanku yang berbeda dari perkiraannya, mereka hanya bisa menyayangkannya saja, namun pada akhirnya mereka menyetujui keputusan yang aku ambil, berbeda dengan kak Andy, saat ia mendengarnya ia langsung ke Semarang
                “apa kau benar-benar akan kuliah di Jatim?” tanya kak Andy begitu sampai di ruamahku, akupun dengan cepat mengiyakan pertanyaannya
kenapa di Jatim, bukankah kau sendiri yang bilang padaku ingin kuliah di Yogya?” tanyanya lagi
dulu memang aku berpikir begitu, tapi sekarang tidak lagi ” jawabku mengelak
kau tahu Elma, aku kuliah di Yogya bukan karena keinginanku untuk kuliah disana, tapi keinginanku untuk selalu bisa bersama mu, jika kau seperti ini lantas apa yang harus aku lakukan?” tanya kak Andy kebingungan
maafkan aku kak,  aku tidak bermaksud membuat kakak bingung, tapi aku harus hidup sesuai dengan kemauanku, jika impianku dulu berbeda dengan yang sekarang, bukankah itu hal yang wajar, lagi pula aku juga sudah diterima dikampus ku sekarang, dan orang tuaku juga sudah menyetujuinya, aku mohon kak mengertilah..” kata ku menenangkan kak Andy
“baiklah jika itu kemauan mu, tapi kau harus tetap menjadi dirimu yang dulu,kau mengerti?” pinta kak Andy sungguh-sungguh
ya aku janji kak”jawabku singkat
..........
                Setelah masuk periode ajaran baru kamipun menjalani kehidupan perkuliahan masing-masing, aku merasa bebas dengan kehidupanku sekarang, memiliki banyak teman , dan hidup mandiri dengan kemampuanku sendiri tentunya, aku merasa pergaulan inilah yang ku idamkan dulu, kami berteman tanpa memandang status, terlebih lagi mereka menghargaiku tanpa melibatkan dukungan dari kak Andy, seminggu pun berlalu, masa orientasipun telah kulalui, aku berharap hidupku akan selalu berjalan sesuai keinginanku. Meskipun aku dan kak Andy tidak pernah bertemu lagi, namun kak Andy selalu menelpon ku setiap hari, jika aku aktif di medsos, kak Andy pun selalu mengechat ku terlebih dulu, meskipun hidupku tak sepenuhnya lepas dari kak Andy, tapi aku cukup menghargai perasaannya yang tulus pada ku.
                Dua minggu pun berlalu, hubunganku dengan kak Andy pun tetap terjalin dengan baik, namun hari ini berbeda dengan biasanya, sudah menjelang sore tapi kak Andy belum sekalipun menelphone ku, aku merasa sedikit khawatir terhadapnya namun aku juga merasa bahagia, mungkin saja dia telah melupakan ku sepenuhnya, inilah langkah terakhir ku agar terbebas sepenuhnya dari kak Andy.
                Takdir malang memang selalu menyertaiku,tanpa kabar sedikitpun tiba-tiba kak Andy sudah berada didepan kost ku “aishhh haruskah aku berlari sekarang, ini begitu memuakkan” gumam ku dalam hati
            “bagaimana kabarmu Elma?” tanya kak Andy memulai pembicaraan
            “baik kak” jawabku agak canggung
maaf aku datang tanpa mengabarimu, apa kau merasa terganggu?” tanya kak Andy
tidak kak” jawabku basa-basi
ini untukmu, aku membawakannya dari Yogya” kata kak Andy dengan menyodorkan beberapa paketan padaku
ahh, kenapa kakak repot-repot sepert ini, terimakasih ya kak” ucapku pada kak Andy
iya sama-sama, kau pasti lelah, kalau begitu aku pergi dulu” kata kak Andy padaku
apa kakak sudah punya tempat untu menginap?, diujung jalan ini ada tempat penginapan yang cukup bagus” kata ku yakin
ah tidak usah, aku harus langsung kembali ke yogya, besok siang aku ada kuis,”ucap kak Andy dengan tersenyum
jadi kakak sudah mau pulang?” tanyaku selidik
iya, melihatmu seperti ini sudah cukup bagi ku” terang kak Andy padaku, kak Andy pun mulai melangkah pergi dari kostku, ia tak lupa melambaikan tangannya, akupun membalas lambaian tangannya, melihat punggungnya yang semakin menjauh akupun merasa sangat bersalah, bagaimana bisa aku mempersulit kehidupan kak Andy yang selama ini memudahkan kehidupan ku, tidak aku tidak boleh menjadi wanita lemah seperti ini, punggungnya telah menghilang dari pandanganku, akupun masuk kedalam kamar kost dan mencoba menghilangkan perasan bersalah ini.
Keesokan harinya kostan ku dipenuhi gosip-gosip yang membuat ku merasa tak ingin keluar dari kamar ku, mereka selalu membisikkan kata-kata yang kuanggap sebagai sampah
aku pikir sosok Lee Min Ho datang tadi malam, tapi tak taunya dia mencari maba samping kamarku, aisshh pria itu begitu tampan, beruntung sekali ia memiliki pacar seperti itu” ucap kakak tingkat sebelah kamarku, setelah kejadian semalam, seminggu sekali kak Andy mengunjungiku ke tempat kost, aku merasa hidupku di Jatim tak jauh berbeda dari kehidupanku di semarang.
Hidupku yang canggung itu kembali kujalani selama empat tahun masa perkuliahan, bahkan setelah kak Andy mendapatkan gelar sarjana, ia pun memutuskan unuk bekerja dan melanjutkan S2nya dikampus yang sama sepertiku, tahun terakhirku kuliah sama saja seperti kehidupanku selama di Semarang. “ Apa yang harus aku lakukan????” itulah pertanyaan yang selalu kuucapkan ketika kebingungan ini menderaku
.......
Setahun berlalu dengan cepat akupun telah genap mengikuti masa kuliah selama delapan semester, seperti wisudawan lainnya aku juga merasa kebingungan dengan apa yang akan kulakukan setelah mendapat gelar sarjana. Tanpa sepengetahuan orang tuaku ataupun kak Andy aku memutuskan hal besar dalam hidupku, setelah mengurus pasport dan surat-surat penting lainnya, aku memutuskan untuk hijrah dari Negeri ini, aku pergi ke Korea Selatan untuk berguru pada desainer-desainer terkemuka disana.
                Sebulan sekali aku mengirim surat untuk orang tuaku, itupun tanpa menyertakan alamat ku di Korea, sedangkan kak Andy aku anggap hubungan kami telah berakhir. Kami sama sekali tidak pernah berhubungan bahkan aku tidak tahu lagi kehidupannya sekarang seperti apa.
                Hari ini cuaca di Seoul sangatlah dingin, sejak semalam salju turun tanpa henti, aku membutuhkan lima lapis baju agar tetap hangat saat beraktifitas diluar, baru berjalan 50 meter dari apartemen ku tiba-tiba ada orang yang memanggilku “Elma”, akupun mencari sumber suara yang barusan memanggil namaku
                “kau siapa?”tanyaku penasaran, orang itu berlari kearah ku dan secepat kilat meraih tubuhku, ia memelukku dengan sangat erat “kau tak ingat aku?” tanya orang itu dan melepaskan pelukannya kepadaku, aku menatap wajahnya dan ternyata
kak,,” ucapku tak kuasa meneruskannya
ya, ini aku Andy” jawab orang itu pada ku, ketika ia menyebut nama Andy, kaki ku seakan menyuruhku untuk mundur, otakku tidak siap untuk mendengar nama Andy, akupun mencoba untuk menghindarinya, tapi tangannya menggapai tanganku dan menggenggamnya dengan erat
kenapa??, sudah 2 tahun aku memberi mu kesempatan untuk kembali, tapi kau tak kunjung datang, apa aku begitu tak layak untukmu?” selidik kak Andy
seharusnya 2 tahun ini kau gunakan untuk melupakan ku karena kesempatan yang kau berikan padaku tidak ada gunanya lagi” kata ku dengan yakin
kau pikir melupakan mu itu mudah?, aku tahu kau muak padaku, tapi setidaknya kau harus memberi tahuku semua perasan mu, selama ini aku tahu kau ingin menjauh dariku, tapi selagi kau tidak mengatakannya, aku akan tetap berada disisimu, saat kau pergi 2 tahun lalu, aku merasa saat itulah puncak dari kecemasan mu, meskipun aku tahu kemana kau menyembunyikan diri, namun aku tak bisa menemui mu, aku hanya menahannya lagi dan lagi, tapi sampai kapan?, ini sudah 2 tahun, dan aku tak lagi bisa menahannya,” terang kak Andy menyudutkanku
kak, apa kau senaif ini, selama bersamamu aku hanya bisa tertawa, tapi ketika aku sendiri tawa itu tak nampak lagi, kau tahu, orang-orang sangat menghargaiku, tapi bukannya diriku yang mereka hargai,  melainkan dirimu yang menjadi topeng bagiku. Kita tidak selamanya akan bersama dan itulah yang menjadi ketakutanku, jika kau muak padaku, lantas apa aku masih bernilai?, tidak ..aku tidak mau hidup seperti itu, semakin kau bersikap baik, semakin aku ingin menjauhi mu, aku tak peduli kau menganggap ku egois, meskipun seribu kali aku berpikir, semua pikiran itu tak akan mengubah apapun, karena sebelum kau mendorongku aku akan lebih dulu melepaskan genggaman tangan mu, ” tutur ku dengan mata berkaca-kaca
                “baiklah..., setelah mendengar semuanya dari mu aku cukup lega,, tapi...  satu hal yang perlu kau ingat, apapun yang terjadi.. perasaan ku tidak akan pernah berubah terhadapmu, kau bebas memilih hidupmu, tapi... pintu untuk mu kembali padaku akan selalu terbuka, tak perduli sampai kapan pun, jadi jangan pernah malu untuk kembali, ” ucap kak Andy meyakinkan ku
                tanpa meminta jawaban ku, kak Andypun langsung membukakan pintu mobilnya untuk ku
 “masuklah, diluar dingin, kau mau kemana?, aku akan mengantarkan mu” tanya kak Andy
tidak usah, aku bisa pergi sendiri” jawab ku singkat
Itu adalah hari dimana ku akhiri hubungan ku dengan kak Andy
...........................
waktu berlalu begitu cepat, akupun tak semuda dulu lagi, hidup yang begitu keras di negeri orang membuatku mengerti betul apa itu perjuangan, menjalin banyak hubungan dengan orang membuat ku paham bahwa dunia ini realistis, kebanyakan dari mereka hanya akan memberi ketika mereka tahu imbalan yang akan mereka dapatkan, ketulusan...  aku pikir hal itu sudah tak ada, bahkan ketika kita berbuat baik dan hanya mengharap pahala dari Tuhan, apakah itu dapat dinamakan ketulusan?, entahlahh..., hal itu membuatku berpikir, apakah sikap kak Andy pada ku benar- benar tulus?, meskipun tak pernah kutahu jawabannya tapi setidaknya dia lah satu-satunya orang yang bisa menerimaku apa adanya, benar aku menyesal betul telah menyia-nyiakannya, meski sampai sekarang pintu itu masih terbuka, tapi rasa gengsi ku terlalu besar untuk berbalik pulang, bagiku ini bukan kisah menyedihkan, tapi ini adalah pilihan, meskipun aku diberi kesempatan untuk kembali dimasa kuliah, akupun akan tetap memilih jalan ini, setidaknya ini adalah pilihan ku dan aku harus bertanggung jawab sampai akhir.
 TAMAT






Selasa, 06 September 2016

kata bijak drama korea

Hai readersss,,,. Gimana kabarnya nicchhh, oh ya kali ini aku akan ngasih dua kata bijak alias quotes yang akan selalu aku ingat, dan mungkin tidak akan pernah aku lupakan. Quotes ini aku dapatkan dari kecintaan ku dalam menonton drama korea, oke langsung aja kita ulas ke dua quotes itu.

1. "Darah memang lebih kental dari air, namun dibanding darah manusia jauh lebih membutukan air". Quote ini aku dapatkan dari drama korea berjudul pink lipstick, dari kalimatnya yang mengandung arti mendalam, membuat quote ini selalu terngiang dibenakku, apa lagi dalam drama tersebut, kalimat itu diucapkan seorang ibu kepada anak tirinya, ikatan darah memang utama, namun rasa sayang yang tulus, tidak akan pernah membedakan sesuatu hal dari apa yang kebanyakan orang lihat.

2."jika telur ingin membalaskan dendam pada batu, maka ia hanya bisa memecahkan dirinya diatas batu tersebut, mungkin sekarang batu akan merasa ternoda atas pecahan telur, namun lambat laun semuanya akan kembali seperti sedia kala, dengan datangnya hujan semua noda akan memudar dari batu, namun sang telur harus merelakan kehidupannya hanya untuk balas dendam"  aku sudah lupa persisnya kaya apa, tapi garis besarnya seperti itulah. Ini quote aku dapat dari drama bad guy, dimana sang tokoh utama harus mati karena balas dendam kepada musuhnya yang memiliki kekuasaan, meskipun balas dendam itu membuat musuhnya dipenjara, namun dengan kekuasaan yang dimiliki musuhnya, membuatnya cepat keluar dari penjara, mungkin memang sedih ceritanya, namun inilah realita di kehidupan nyata, jadi jangan buang waktu untuk balas dendam, sebaliknya gunakan waktu mu untuk menata hidup yang lebih indah.

Semoga postingan ini memberikan manfaat kepada readers, oh ya yang jangan lupa koment ya,,, bye bye

Kamis, 25 Agustus 2016

Cara sampai ke UNNES dari Kudus

Cara sampai ke UNNES dari Kudus

Bagi kalian calon mahasiswa baru yang ingin masuk ke UNNES tentunya akan berpikir bagaimana cara untuk sampai ke kampus tercinta, aku pun juga dulu sempet tanya2 mbah google agar bisa sampai ke UNNES tanpa kesasar. Untuk orang yang biasa bepergian antar kota pasti hal ini bukan masalah besar, namun untuk orang2 dari desa , hal ini bukanlah hal sepele.

Pergi keluar kota seperti halnya pergi keluar negeri bahkan mungkin seperti pergi keluar angkasa(kelewat alainyaaa..) akan ada ketakutan inilah itulah yang belum tentu terjadi, untuk itu aku akan ngeshare cara aman, nyaman ,murah untuk sampai kekampus UNNES, karena q asli kudus jadi

START : KUDUS
FINISH : UNNES,
Langsung saja aku akan jelaskan rutenya

1. bagi kalian orang kudus maka rute pertama adalah dari terminal kudus, naiklah bus dengan tujuan semarang(q biasanya naik bus nusantara dengan biaya 8k)

2. Setelah sampai di semarang tepatnya diterminal terboyo bus akan berhenti, namun pastikan kamu turun didalam terminal, bukan diluar terminal, setelah didalam terminal maka pergilah ketempat perhentian brt, kalo belum tahu bisa tanya pedagang di terminal

3. siapkan uang Rp 3500 untuk membayar biaya bus transemarang, (untuk ke UNNES gunakan bus tans koridor 2) nanti ada mbak2 atau mas2 yang akan mendampingi penumpang, untuk memastikan kamu di rute yang benar, bilanglah ke penjaga bus jika kamu ingin diingatkan jika sampai di ksatrian,

4. setelah sampai di ksatrian, yang perlu kamu lakukan adalah menyebrang jalan, setelah kamu menyebrang, kamu akan mendapatkan pemandangan angkutan orange berderet dengan rapi, naiklah ke angkot orange itu dan sang sopir akan membawamu ke UNNES biaya angkot 5k,

Simple kan ini nih singkatnya



  • Terminal kudus(bus)
  • Terminal terboyo(trans Semarang)
  • ksatrian(nyebrang)
  • ngangkot
  • unnes

REVIEW LIPSTICK WARDAH EKSKLUSIF NO.26

REVIEW LIPSTICK WARDAH EKSKLUSIF NO.26

Haiii readerrs.. udah lama nichh gak ngeshare sesuatu untuk dibaca, oh ya udah lama banget juga nichh q gax ngepost di halaman ini, jujur yaaa inichh halaman awalnya only to memenuhi tugas kuliah , tapi entah kenapa pengen bangettt ngereview barang yang kecil namun ngehits untuk kaum wanita di seluruh penjuru dunia ini, ya tereng tereng tereng q akan ngereview

lipstik wardah eksklusif no.26

oh ya sebagai penulis ababil aku minta maaf ya readers kalo tulisan ku terkesan kaku, lagian ini juga pemulaan ku buat nulis kek giniiii, gak usah lama2 yuk lihat reviewan q.

Ini kan mau masuk ajaran baru bagi anak2 mahasiswa, nah gak mau ketinggalan untuk tampil keceeeh akupun memutuskan untuk beli lipstick, awalnya aku bingung nichh mau beli lipstik apa, dan dengan mengumpulkan keberanian serta membulatkan tekad akhirnya aku pun memilih lipstick dari wardah, dulu sebenarnya aku pernah punya lipstick wardah yang matte tapi gak tau kenapa bawaannya nyesel banget ngebelinya, entah karena bibir aku tipenya kering atau karena lasan lain,justru setelah aku aplikasikasikan tuh lipstik matte, bibirku justru semakin kering + pecah2 alhasil aku bergantilah ke lipstik wardah yg eksklusif, nah setelah itu masalah ku belum hilang, aku pun harus menentukan warna apa yang cocok untuk nicchh bibir , nyadar diri melihat bibirku gak seseksi artis korea, itulah yang membuat ku kesulitan dalam memilih warna calon lipstik kesayangan, alhasil aku pun tanya2 mbak2 toko, ia pun memilihkan no 26 yang berwarna MANGO, waktu pertama kali aku lihat warnanya,” waduuhhhh tua amat warnanya, apa gak masalah jika q gunain ke kampus” pikir ku dalam hati, nah lalu aku ingat hampir sebagian teman ku lipstiknya merah menyala, dan akupun mengusir segala bimbangku dan kupilih lah lipstik wardah eksklusif no 26,


Nah ini nicchh tampilan luar dari lipstik wardah eksklusif no 26, tabungnya berwarna hijau metalik dan dibagian bawah tabungnya ada tulisan 26 disertai tulisan MANGO,

Inilah wujud silipstik setelah di buka (ada efek flash kamera)

Yang ini foto lipstik wardah no 26 tanpa efek flash

Ini warna bibir aku ketika belum pakek lipstick, terlihat pucatkannn


Nahhh ini warna bibir aku setelah aku aplikasikan, si kecil no26, jujur aku gak suka lipstik yang merah merona menyala, tapi gimana lagi, alhasil aku makeknya setipis mungkin agar gak terkesan menor, menuruku nichh lipstik Cuma bertahan 2-3 jam, dan ketika mau hangout sama temen2 jangan lupa ngebawa si lipstik jika tidak ingin warna bibir kembali nornal, aku ngebeli ini seharga RP 36.000, kalo untuk pelajar sichh lumayan tapi cukup memuaskan.

Sekian review kali ini semoga dapat membantu ..... bagi readers yang mau tampil kece, pesen buat kalian, setiap bibir punya warna alaminya masing2, sehingga warna yang ada dilipstik setelah diaplikasikan kebibir yang satu dengan yang lain pasti akan berbeda, thankksss

Minggu, 14 Februari 2016

Puisi "ujung jalan"

Ujung Jalan



Kau tahu cara berjalan ku lambat
Kau masih saja memaksaku untuk berlari bersamamu
Bukannya aku tak bisa mengimbangimu
Bahkan tenaga ku cukup kuat untuk mengalahkanmu dalam berlari
Setiap melihat mu, rasanya aku ingin mempercepat jalan ku ini
Tapi, lihatlah disana..!!!ujung jalan ku sudah terlihat bukan?
Kenyataan ini benar-benar menakutkan
Benar, jalan hidupku tak sepanjang jalan hidup mu
Aku hanya bisa memperlambat jalan ku agar tetap bisa bersama mu
Jika kau ingin lari, larilah
Aku akan tetap berjalan lambat seperti ini
Meskipun itu berarti kita tidak lagi berjalan bersama.
Setidaknya aku bisa mengulur waktu,
Aku bahagia,
 cukup melihat punggungmu yang memudar di batas akhir ujung jalan ku
sedangkan kau berlari mencari ujung jalan mu sendiri


Sabtu, 13 Februari 2016

Cerpen remaja

AWAN BIRU

            Bulan ini aku kira musim panas akan segera datang, bahkan setengah bulan telah berlalu namun rintikan hujan tetap membasahi bumi, apa daya jika musim hujan enggan berganti dengan musim panas. Saat membuka mata dan terbangun dari tidur aku selalu berharap hari ini akan berbeda dari hari kemarin meskipun harapan itu nampak biasa, tapi takdir hanya memberiku kehidupan yang sama saja.
            “non, den Rio sudah menunggu anda diluar” ucap bibi mendekatiku
            “bilang padanya aku pergi” kataku dengan mengedipkan mata ke bibi
            “apa kau sudah bosan padaku?, jelas-jelas kau disini” terdengar suara Rio menyambung pembicaraan
            “kak, aku pikir hari ini aku akan menyelesaikannya sendiri, jadi biarkan aku melakukannya” pintaku memelas
            “baiklah jika itu mau mu, aku harap kau berhasil, tapi jika kau perlu bantuan jangan segan-segan menghubungi ku” ucap Rio dengan pasti
            Orang-orang selalu memanggil ku Ana. Sebagai pekerja disalah satu galeri seni di Jakarta, tugas ku untuk mencari dan memastikan barang seni yang dikehendaki pimpinan galeri agar siap dipamerkan, bukan perkara mudah untuk mendapatkan barang tersebut karena dibutuhkan keterampilan khusus untuk mendapatkannya, biasanya satu barang diperebutkan oleh banyak galeri seni, apalagi jika barang tersebut memiliki nilai seni dimata dunia, oleh sebab itu Rio selalu membantuku mendapatkan barang seni yang harus ku dapatkan, dia bukan hanya senior ku digalery art tapi dia juga temain terbaik, yang akan selalu sependapat dengan apapun yang akan kutempuh
.......
            “maaf, apa Pak Burhan ada didalam?” tanyaku pada penjaga disebuah rumah berarsitektur kuno.
            “oh iya, Pak Burhan  ada didalam, maaf apa non ini sudah buat janji?, soalnya Pak Burhan tidak ingin diganggu saat membuat tembikar” selidik penjaga itu dengan sopan.
            “bapak tidak perlu khawatir, saya sudah membuat janji pada Pak Burhan,” jelasku meyakinkan.
            Penjaga rumah itupun mengantar ku kesebuah ruangan dipojok rumah, sebelum masuk ruangan aku pikir tempat dibalik pintu didepanku hanya berukuran 55 m, namun setelah masuk kedalam tembikar-tembikar antik berjajar rapi diruangan tersebut.
            “Apa kabar pak Burhan?, perkenalkan namaku Ana,” sapa ku dengan ramah
            “oh.., kau sudah datang, pasti lelah harus melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Bali, duduklah dimeja itu, nanti Parman akan membawakan mu teh, setelah dahaga mu hilang segera pergilah dari tempat ini” terang pak Burhan dengan nada datar
            “maaf pak, bukankah bapak tahu kedatangan ku kesini untuk mengambil tembikar yang sudah saya pesan, lagi pula uangnya sudah saya transfer ke rekening bapak bukan?” ucap ku agak bingung
            “aku pikir untuk mengirim mu email pembatalan pesanan, tapi kau pasti sudah dipesawat, jadi lebih baik kau lupakan tembikar itu dan nikmatilahliburan mu di pulau bali yang indah” jelas pak Burhan dengan ketus
            “anda tidak boleh membatalkan pesanan sepihak seperti ini, seminggu lagi tembikarnya harus siap dipamerkan, aku mohon pak jangan batalkan pesanan ini” pintaku memelas
            “kau tidak usah khawatir, aku sudah mentransfer uang ganti rugi, kau bisa mencari tembikar itu ditempat lain” ucap pak burhan sambil mengepal tanah liat “keluarlah sebelum aku mengusir mu” lanjutnya dengan memicingkan mata.   
            Dengan berat hati aku keluar dari ruangan itu, badan ku terasa lunglai tatkala aku harus pulang ke Jakarta tanpa membawa tembikar yang begitu diinginkan bu Nara(pimpinan galery art), aku tidak mampu membayangkan caci makian apa yang akan dilontarkan oleh wanita paruh baya itu, saat keinginannya dipenuhi ia hanya mengernyitkan dahinya, tapi begitu harapannya mengabur sumpah serapah tujuh turunan ia ucapkan dengan fasihnya, sebenarnya sudah sangat lama aku ingin keluar dari galery art milik bu Nara, bermaksud untuk mendirikan galery art sendiri namun tabungan ku belum cukup untuk mendanai semuanya, sebenarnya ayah ku selalu membujukku untuk membuat galeri art sendiri, tapi sampai kapan aku harus menjadi beban keluargaku, “aisshhh enyahlah pikiran itu dari otakku” ucapku dengan menggelengkan kepala, .rasa dahaga yang mengerong tenggorokanku seketika meminta untuk dibasahi, akupun mampir disebuah warung pinggir jalan tak  juh dari rumah pak Burhan
            “maaf miss mau pesan apa?”tanya pedagang itu ramah
            “bapak ini bisa saja, apa raut wajah lokal ku mengganggumu?” sindirku dengan tersenyum
ah .. maaf, biasanya orang lokal suka sekali jika dipanggil miss, agar setara dengan bule-bule katanya”terang pedagang itu dengan guyonan
achh.. benarkah?, oh iya aku pesan es kelapa muda dengan tambahan gula jawa” ucapku sambil menunjuk jejeran stoples berisi macam-macam sirup
aku pikir kau akan memesan air kelapa plus yoghurt, hahahhahha” ucap pedagang itu dengan tertawa keras dibelakangnya, tanpa instruksi akupun tertawa keras senada dengan tawaan pedagang itu, sambil membacok kelapa pedagang itu pun menginterogasiku dengan guyonan guyonan segar
dari cara bicaranya, miss ini bukan orang Bali ya?” tanya pedagang itu sambil mengusap peluh didahinya
oh iya pak, saya dari Jakarta” ucap ku singkat
tempat ini tidak terkenal dan semenarik di kuta, tapi hanya orang-orang beruntung yang mengunjunginya,” terang pedagang itu dengan yakin
aku pikir juga demikian, dibanding tempat lain tempat ini terlihat lebih asri dan sakral” tambahku basa basi
            “aku lihat miss ini sedang penuh dengan amarah, oh iyaa.. dibelakang warung ini ada pancuran kecil,mungkin dengan membasuh wajah, perasaan miss ini bisa lebih baik” terang pedagang itu memberitahuku
            “acchhh tidak usah pak, lagi pula amarah ini tidak bisa hilang hanya dengan membasuh muka” ucap ku lirih
            “ini es kelapa mudanya sudah siap” ucap pedagang itu dengan menyodorkan sebuah kelapa yang sudah berlubang bagian atasnya
            “ohh terimakasih pak, tapi ngomong-ngomong apa bapak kenal dengan orang yang tinggal dirumah seberang jalan itu?” tanyaku sambil mengacungkan tangan kerumah pak Burhan
            “tentu saja, sewaktu kecil saya sering main kerumah besar itu, meskipun pemiliknya orang kaya namun mereka senang jika ada orang mengunjunginya” jelas pedagang itu
            “benarkah??” ucap ku dengan nada tak percaya
tapi....” ucap pedagang itu menggantung kalimat yang ingin diucapkan
tapi apa pak?” sambungku penasaran
tapi sekarang tidak lagi” sambung pedagang itu lagi
            “kenapa tidak lagi?, apa ada yang salah?” tanyaku semakin penasaran
            “sebenarnya pemilik rumah itu bukan asli orang Bali, dari namanya saja sudah tahu, namun mereka tetap menghormati tetangga-tetangganya, entah kenapa sejak pemilik pertama meninggal dan diwariskan ke anaknya yang bernama Burhan, keluarga itu menjadi lebih tertutup, dengar-dengar sih karena Burhan terlilit banyak hutang, sedangkan tembikar buatannya tak sebagus buatan ayahnya, alhasil ia hanya bisa menjual tembikar-tembikar buatan ayahnya untuk menutupi hutangnya, rumahnya selalu tertup, jika ada tamu itupun orang-orang barat dan orang-orang bermata sipit, aku kira mereka bertamu untuk membeli tembikar-tembikar buatan ayahnya ” terang pedagang itu
            “benarkah??” ucapku menyambung pembicaraan, “terimakasih atas infonya, ini pak uang esnya, kembaliannya utuk bapak saja” ucapku mengakhiri pembicaran
            “oohh, terimakasih banyak” ucap pedagang itu riang sambil mengambil uang seratus ribuan dari tangan ku
........
aku menggajimu bukan untuk mendengar berita ini, dasar kau tak becus kerja,aku pikir kau berbeda dari pecundang-pecundang lain, tapi ternyata kau sama saja, bagaimana aku bisa memiliki anak buah yang tak lebih baik dari seekor anjing”teriak bu Nara penuh amarah, aku yang sedari tadi hanya menundukkan kepala, tak kuat rasanya mendengar ucapan kalimat terakhirnya, dengan sigap aku pun mengangkat kepalaku dan memasang badan tegap
aku bekerja tidak untuk dihina seperti ini, jika aku salah kau berhak memarahiku, tapi kata-kata mu barusan tidak pantas diucapkan oleh manusia, bahkan jika aku seorang budak aku pasti tak akan rela dihina seperti ini ” ucapku membela diriku sendiri, akupun segera pergi dari tempat itu
jika kau tak mau dihina keluarlah dari pekerjaan mu ini, aku juga tak sudi bekerja dengan orang sombong seperti mu ” teriak bu Nara sekencang mungkin agar aku bisa mendengarnya ucapannya
.......
Sesampai dirumah aku hanya tertegun dan melamunkan kejadian saat aku meninggalkan galery art milik bu Nara, jika begini haruskah aku menjadi pengangguran lagi, bahkan di Jakarta yang biasa disebut sebagai kota metropolitan akan sangat sulit mencari pekerjaan, apalagi lulusan sarjana seni seperti ku, malang tak bisa dibuang untung tak bisa dijemput, hanya dapat menunggu nasib baik mendatangiku
tidak biasanya kau berlama-lamaan memandangi tv yang penuh dengan iklan, apa kau ada masalah?” tanya ibuku memecah lamunanku
tidak” jawabku singkat, akupun langsung menuju kekamar berharap ibu tak lagi mengganggu diriku yang sedang dilanda kecemasan
kau bukan anak kecil lagi kan?, sekarang katakan pada ibu, masalah apa yang sedang kau sembunyikan” ucapku ibuku lirih untuh meyakinkanku
“sebenarnya aku dipecat dari galery art, tidak aku yang justru ingin pergi dari neraka itu” ucapku setengah ragu
“benarkah?, akhirnya kau sadar juga, akan ada saatnya bekerja itu sungguh melelahkan, tapi bagaimana bisa manusia hidup tanpa bekerja, terkadang mereka yang berada diposisi tinggi akan merasa dirinya bisa memutar dunia, namun disisi lain dia juga akan merasa ketakutan jika apa yang ada pada dirinya dicabut atas kepemilikannya, oleh sebab itu tindakan yang dirasa wajar unuk dirinya tak lagi dianggap sama oleh orang kebanyakan, jadi ibu harap kau bisa memahami itu Ana ” jelas ibuku, aku hanya terpana mendengar kata-kata ibu yang mampu menghilangkan kegelisahan hati ku
apa ibu pernah mengalaminya?” tanyaku ingin tahu
tentu, semua orang pernah mengalaminya, bahkan kau juga pernah mengalaminya, hanya saja tindakan setiap orang berbeda-beda, jika kau mampu mengatasinya maka keegoisan yang kau tampakkan akan dianggap lumrah oleh kebnyakan orang, tapi jika keegoisan yang kau tampakkan melebihi dari kekuatan amarah yang bisa kau tanggung maka itu hanya akan menjadi kelemahan yang bahkan takdir pun tak akan mampu mengubahnya” jelas ibu ku lagi.
........
Pagi telah menjelang, namun apa yang bisa dilakukan pengangguran seperti ku, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku
tok tok tok,,, Ana bangunlah sekarang, Rio sudah menunggumu diluar” pinta ibuku
ya bu” jawabku singkat, akupun bangkit dari ranjang dan mengambil ikatan rambut dibawah bantal, dengan wajah kusut akupun menemui Rio diluar, dengan menahan rasa kantuk yang masih menguasai ragaku
kenapa pagi-pagi sekali kau kemari” tanyaku pada Rio
bagaimana bisa kau meninggalkan galery art tanpa memberi tahuku, bukankah sebelumnya kau sudah tahu tabi’at keras bu Nara, kau sama kerasnya dengan dia” ucap Rio tanpa canggung
ya, kau benar aku memang keras, tapi aku tidak bisa berdiam diri saat orang merendahkan harga diriku” ucapku membela
sekarang apa yang akan kau lakukan” tanya Rio penasaran, aku hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutnya
apa kau pikir aku sedang melucu,” hardik Rio padaku
untuk saat ini aku hanya bisa menjadi pengangguran, aku rasa mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginankku sangat sulit, jadi aku pikir untuk membuat pekerjaan untuk diriku sendiri”jelas ku dengan yakin
syukurlah jika pikiranmu masih waras,” ledek Rio
aisshhh apa kau kira aku mudah stres hanya karena masalah ini,” ucapku membanggakan diri,
Rio pun pamit pulang, aku merasa layak untuk hidup tatkala ada orang lain yang mengkhawatirkan ku kecuali keluarga ku sendiri, seseorang berhak untuk hidup dengan caranya sendiri, entah hanya cukup merasa senang atas pujian, atau menyelesaikan masalah hidup dengan memberikan masalah dikehidupan orang lain, atau bahkan bertahan hidup dengan keegoisan yang menjadi kelemahan tak berujung, seperti itulah manusia hidup, tanpa ada warna biru bagaimana bisa anak kecil menggambar awan, jikapun hanya ada warna putih tanpa warna hitam maka perajin papan catur harus mencari warna lain untuk menjaga eksistensinya, perbedaan memanglah rumit, tapi kerumitanlah yang membuat dunia ini tetap ada.

,,,,,,,....AWAN BIRU
            Bulan ini aku kira musim panas akan segera datang, bahkan setengah bulan telah berlalu namun rintikan hujan tetap membasahi bumi, apa daya jika musim hujan enggan berganti dengan musim panas. Saat membuka mata dan terbangun dari tidur aku selalu berharap hari ini akan berbeda dari hari kemarin meskipun harapan itu nampak biasa, tapi takdir hanya memberiku kehidupan yang sama saja.
            “non, den Rio sudah menunggu anda diluar” ucap bibi mendekatiku
            “bilang padanya aku pergi” kataku dengan mengedipkan mata ke bibi
            “apa kau sudah bosan padaku?, jelas-jelas kau disini” terdengar suara Rio menyambung pembicaraan
            “kak, aku pikir hari ini aku akan menyelesaikannya sendiri, jadi biarkan aku melakukannya” pintaku memelas
            “baiklah jika itu mau mu, aku harap kau berhasil, tapi jika kau perlu bantuan jangan segan-segan menghubungi ku” ucap Rio dengan pasti
            Orang-orang selalu memanggil ku Ana. Sebagai pekerja disalah satu galeri seni di Jakarta, tugas ku untuk mencari dan memastikan barang seni yang dikehendaki pimpinan galeri agar siap dipamerkan, bukan perkara mudah untuk mendapatkan barang tersebut karena dibutuhkan keterampilan khusus untuk mendapatkannya, biasanya satu barang diperebutkan oleh banyak galeri seni, apalagi jika barang tersebut memiliki nilai seni dimata dunia, oleh sebab itu Rio selalu membantuku mendapatkan barang seni yang harus ku dapatkan, dia bukan hanya senior ku digalery art tapi dia juga temain terbaik, yang akan selalu sependapat dengan apapun yang akan kutempuh
.......
            “maaf, apa Pak Burhan ada didalam?” tanyaku pada penjaga disebuah rumah berarsitektur kuno.
            “oh iya, Pak Burhan  ada didalam, maaf apa non ini sudah buat janji?, soalnya Pak Burhan tidak ingin diganggu saat membuat tembikar” selidik penjaga itu dengan sopan.
            “bapak tidak perlu khawatir, saya sudah membuat janji pada Pak Burhan,” jelasku meyakinkan.
            Penjaga rumah itupun mengantar ku kesebuah ruangan dipojok rumah, sebelum masuk ruangan aku pikir tempat dibalik pintu didepanku hanya berukuran 55 m, namun setelah masuk kedalam tembikar-tembikar antik berjajar rapi diruangan tersebut.
            “Apa kabar pak Burhan?, perkenalkan namaku Ana,” sapa ku dengan ramah
            “oh.., kau sudah datang, pasti lelah harus melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Bali, duduklah dimeja itu, nanti Parman akan membawakan mu teh, setelah dahaga mu hilang segera pergilah dari tempat ini” terang pak Burhan dengan nada datar
            “maaf pak, bukankah bapak tahu kedatangan ku kesini untuk mengambil tembikar yang sudah saya pesan, lagi pula uangnya sudah saya transfer ke rekening bapak bukan?” ucap ku agak bingung
            “aku pikir untuk mengirim mu email pembatalan pesanan, tapi kau pasti sudah dipesawat, jadi lebih baik kau lupakan tembikar itu dan nikmatilahliburan mu di pulau bali yang indah” jelas pak Burhan dengan ketus
            “anda tidak boleh membatalkan pesanan sepihak seperti ini, seminggu lagi tembikarnya harus siap dipamerkan, aku mohon pak jangan batalkan pesanan ini” pintaku memelas
            “kau tidak usah khawatir, aku sudah mentransfer uang ganti rugi, kau bisa mencari tembikar itu ditempat lain” ucap pak burhan sambil mengepal tanah liat “keluarlah sebelum aku mengusir mu” lanjutnya dengan memicingkan mata.   
            Dengan berat hati aku keluar dari ruangan itu, badan ku terasa lunglai tatkala aku harus pulang ke Jakarta tanpa membawa tembikar yang begitu diinginkan bu Nara(pimpinan galery art), aku tidak mampu membayangkan caci makian apa yang akan dilontarkan oleh wanita paruh baya itu, saat keinginannya dipenuhi ia hanya mengernyitkan dahinya, tapi begitu harapannya mengabur sumpah serapah tujuh turunan ia ucapkan dengan fasihnya, sebenarnya sudah sangat lama aku ingin keluar dari galery art milik bu Nara, bermaksud untuk mendirikan galery art sendiri namun tabungan ku belum cukup untuk mendanai semuanya, sebenarnya ayah ku selalu membujukku untuk membuat galeri art sendiri, tapi sampai kapan aku harus menjadi beban keluargaku, “aisshhh enyahlah pikiran itu dari otakku” ucapku dengan menggelengkan kepala, .rasa dahaga yang mengerong tenggorokanku seketika meminta untuk dibasahi, akupun mampir disebuah warung pinggir jalan tak  juh dari rumah pak Burhan
            “maaf miss mau pesan apa?”tanya pedagang itu ramah
            “bapak ini bisa saja, apa raut wajah lokal ku mengganggumu?” sindirku dengan tersenyum
ah .. maaf, biasanya orang lokal suka sekali jika dipanggil miss, agar setara dengan bule-bule katanya”terang pedagang itu dengan guyonan
achh.. benarkah?, oh iya aku pesan es kelapa muda dengan tambahan gula jawa” ucapku sambil menunjuk jejeran stoples berisi macam-macam sirup
aku pikir kau akan memesan air kelapa plus yoghurt, hahahhahha” ucap pedagang itu dengan tertawa keras dibelakangnya, tanpa instruksi akupun tertawa keras senada dengan tawaan pedagang itu, sambil membacok kelapa pedagang itu pun menginterogasiku dengan guyonan guyonan segar
dari cara bicaranya, miss ini bukan orang Bali ya?” tanya pedagang itu sambil mengusap peluh didahinya
oh iya pak, saya dari Jakarta” ucap ku singkat
tempat ini tidak terkenal dan semenarik di kuta, tapi hanya orang-orang beruntung yang mengunjunginya,” terang pedagang itu dengan yakin
aku pikir juga demikian, dibanding tempat lain tempat ini terlihat lebih asri dan sakral” tambahku basa basi
            “aku lihat miss ini sedang penuh dengan amarah, oh iyaa.. dibelakang warung ini ada pancuran kecil,mungkin dengan membasuh wajah, perasaan miss ini bisa lebih baik” terang pedagang itu memberitahuku
            “acchhh tidak usah pak, lagi pula amarah ini tidak bisa hilang hanya dengan membasuh muka” ucap ku lirih
            “ini es kelapa mudanya sudah siap” ucap pedagang itu dengan menyodorkan sebuah kelapa yang sudah berlubang bagian atasnya
            “ohh terimakasih pak, tapi ngomong-ngomong apa bapak kenal dengan orang yang tinggal dirumah seberang jalan itu?” tanyaku sambil mengacungkan tangan kerumah pak Burhan
            “tentu saja, sewaktu kecil saya sering main kerumah besar itu, meskipun pemiliknya orang kaya namun mereka senang jika ada orang mengunjunginya” jelas pedagang itu
            “benarkah??” ucap ku dengan nada tak percaya
tapi....” ucap pedagang itu menggantung kalimat yang ingin diucapkan
tapi apa pak?” sambungku penasaran
tapi sekarang tidak lagi” sambung pedagang itu lagi
            “kenapa tidak lagi?, apa ada yang salah?” tanyaku semakin penasaran
            “sebenarnya pemilik rumah itu bukan asli orang Bali, dari namanya saja sudah tahu, namun mereka tetap menghormati tetangga-tetangganya, entah kenapa sejak pemilik pertama meninggal dan diwariskan ke anaknya yang bernama Burhan, keluarga itu menjadi lebih tertutup, dengar-dengar sih karena Burhan terlilit banyak hutang, sedangkan tembikar buatannya tak sebagus buatan ayahnya, alhasil ia hanya bisa menjual tembikar-tembikar buatan ayahnya untuk menutupi hutangnya, rumahnya selalu tertup, jika ada tamu itupun orang-orang barat dan orang-orang bermata sipit, aku kira mereka bertamu untuk membeli tembikar-tembikar buatan ayahnya ” terang pedagang itu
            “benarkah??” ucapku menyambung pembicaraan, “terimakasih atas infonya, ini pak uang esnya, kembaliannya utuk bapak saja” ucapku mengakhiri pembicaran
            “oohh, terimakasih banyak” ucap pedagang itu riang sambil mengambil uang seratus ribuan dari tangan ku
........
aku menggajimu bukan untuk mendengar berita ini, dasar kau tak becus kerja,aku pikir kau berbeda dari pecundang-pecundang lain, tapi ternyata kau sama saja, bagaimana aku bisa memiliki anak buah yang tak lebih baik dari seekor anjing”teriak bu Nara penuh amarah, aku yang sedari tadi hanya menundukkan kepala, tak kuat rasanya mendengar ucapan kalimat terakhirnya, dengan sigap aku pun mengangkat kepalaku dan memasang badan tegap
aku bekerja tidak untuk dihina seperti ini, jika aku salah kau berhak memarahiku, tapi kata-kata mu barusan tidak pantas diucapkan oleh manusia, bahkan jika aku seorang budak aku pasti tak akan rela dihina seperti ini ” ucapku membela diriku sendiri, akupun segera pergi dari tempat itu
jika kau tak mau dihina keluarlah dari pekerjaan mu ini, aku juga tak sudi bekerja dengan orang sombong seperti mu ” teriak bu Nara sekencang mungkin agar aku bisa mendengarnya ucapannya
.......
Sesampai dirumah aku hanya tertegun dan melamunkan kejadian saat aku meninggalkan galery art milik bu Nara, jika begini haruskah aku menjadi pengangguran lagi, bahkan di Jakarta yang biasa disebut sebagai kota metropolitan akan sangat sulit mencari pekerjaan, apalagi lulusan sarjana seni seperti ku, malang tak bisa dibuang untung tak bisa dijemput, hanya dapat menunggu nasib baik mendatangiku
tidak biasanya kau berlama-lamaan memandangi tv yang penuh dengan iklan, apa kau ada masalah?” tanya ibuku memecah lamunanku
tidak” jawabku singkat, akupun langsung menuju kekamar berharap ibu tak lagi mengganggu diriku yang sedang dilanda kecemasan
kau bukan anak kecil lagi kan?, sekarang katakan pada ibu, masalah apa yang sedang kau sembunyikan” ucapku ibuku lirih untuh meyakinkanku
“sebenarnya aku dipecat dari galery art, tidak aku yang justru ingin pergi dari neraka itu” ucapku setengah ragu
“benarkah?, akhirnya kau sadar juga, akan ada saatnya bekerja itu sungguh melelahkan, tapi bagaimana bisa manusia hidup tanpa bekerja, terkadang mereka yang berada diposisi tinggi akan merasa dirinya bisa memutar dunia, namun disisi lain dia juga akan merasa ketakutan jika apa yang ada pada dirinya dicabut atas kepemilikannya, oleh sebab itu tindakan yang dirasa wajar unuk dirinya tak lagi dianggap sama oleh orang kebanyakan, jadi ibu harap kau bisa memahami itu Ana ” jelas ibuku, aku hanya terpana mendengar kata-kata ibu yang mampu menghilangkan kegelisahan hati ku
apa ibu pernah mengalaminya?” tanyaku ingin tahu
tentu, semua orang pernah mengalaminya, bahkan kau juga pernah mengalaminya, hanya saja tindakan setiap orang berbeda-beda, jika kau mampu mengatasinya maka keegoisan yang kau tampakkan akan dianggap lumrah oleh kebnyakan orang, tapi jika keegoisan yang kau tampakkan melebihi dari kekuatan amarah yang bisa kau tanggung maka itu hanya akan menjadi kelemahan yang bahkan takdir pun tak akan mampu mengubahnya” jelas ibu ku lagi.
........
Pagi telah menjelang, namun apa yang bisa dilakukan pengangguran seperti ku, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku
tok tok tok,,, Ana bangunlah sekarang, Rio sudah menunggumu diluar” pinta ibuku
ya bu” jawabku singkat, akupun bangkit dari ranjang dan mengambil ikatan rambut dibawah bantal, dengan wajah kusut akupun menemui Rio diluar, dengan menahan rasa kantuk yang masih menguasai ragaku
kenapa pagi-pagi sekali kau kemari” tanyaku pada Rio
bagaimana bisa kau meninggalkan galery art tanpa memberi tahuku, bukankah sebelumnya kau sudah tahu tabi’at keras bu Nara, kau sama kerasnya dengan dia” ucap Rio tanpa canggung
ya, kau benar aku memang keras, tapi aku tidak bisa berdiam diri saat orang merendahkan harga diriku” ucapku membela
sekarang apa yang akan kau lakukan” tanya Rio penasaran, aku hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutnya
apa kau pikir aku sedang melucu,” hardik Rio padaku
untuk saat ini aku hanya bisa menjadi pengangguran, aku rasa mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginankku sangat sulit, jadi aku pikir untuk membuat pekerjaan untuk diriku sendiri”jelas ku dengan yakin
syukurlah jika pikiranmu masih waras,” ledek Rio
aisshhh apa kau kira aku mudah stres hanya karena masalah ini,” ucapku membanggakan diri,
Rio pun pamit pulang, aku merasa layak untuk hidup tatkala ada orang lain yang mengkhawatirkan ku kecuali keluarga ku sendiri, seseorang berhak untuk hidup dengan caranya sendiri, entah hanya cukup merasa senang atas pujian, atau menyelesaikan masalah hidup dengan memberikan masalah dikehidupan orang lain, atau bahkan bertahan hidup dengan keegoisan yang menjadi kelemahan tak berujung, seperti itulah manusia hidup, tanpa ada warna biru bagaimana bisa anak kecil menggambar awan, jikapun hanya ada warna putih tanpa warna hitam maka perajin papan catur harus mencari warna lain untuk menjaga eksistensinya, perbedaan memanglah rumit, tapi kerumitanlah yang membuat dunia ini tetap ada.
,,,,,,,....