PINTU USANG
Hari ini aku pulang, aku pulang dengan kehidupanku yang
nyaman
Seperti hari biasa, hari biasa yang ingin kutinggalkan
Haruskah aku hidup seperti ini,
Hidup yang tak pernah mendapat luka,
Bukan aku tangguh, kuat, ataupun luar biasa
Tapi karena aku hanyalah bayangan
Bayangan yang selalu dijaga oleh sang tuan
Tapi apa gunanya semua itu
Aku hanya ada tapi tak bisa berbuat apa-apa
Biarkan aku kepanasan dan kehujanan
Karena sebagian hidupku juga menginginkan demikian
Kau tak perlu lagi menjadi tuanku
Jika kakimu tuan, yang mengikat bayangan ini dengan tubuh mu
Haruskah aku memotongnya, agar aku kembali bernyawa
Aku mohon lepaskan aku, dari ketidak mampuan ini
suara
tepukan keras terdengar menguasai seluruh ruangan, aku hanya bisa memandang
tertegun, “apa yang sedang mereka
elu-elukan, apakah puisi yang baru saja kutampilkan, ahh mana mungkin itu hanya
puisi sederhana yang bahkan bisa dibuat oleh remaja-remaja labil,” pikir ku
dalam hati, tapi pikiranku itu segera membuyar tatkala orang orang didepanku
bersahut-sahutan memanggil nama ku “Elma
Elma Elma....”, mendengar mereka menyanjungku aku hanya menundukkan kepala
dan mengayunkan tangan kanan ku ke bawah sebagai pertanda berakhirnya
pementasanku hari ini.
Sesampai
dirumah aku masih tidak percaya dengan peristiwa yang kualami barusan, apalagi
saat melihat piala besar yang saat itu tengah kubopong
“benarkah
ini terjadi, aku bahkan tidak bisa membedakan ini mimpi buruk atau mimpi baik”gumamku
sendiri
“bagaimana bisa kau berpikir ini
mimpi, jikapun ini benar-benar mimpi maka ini adalah mimpi baik untuk mu”
tiba-tiba ada orang yang menanggapi ku dari belakang, akupun langsung menoleh,
dan ternyata ia adalah Andy yang tak lain adalah kakak kelasku
“ah kakak, apa yang kau lakukan
disini” tanya ku pada Andy
“kau ini, tentunya aku mau
memberi mu selamat atas kemenangan mu hari ini, dannn.. maaf aku tidak bisa
datang dan melihat mu secara langsung” tutur Andy penuh kharisma
“kapan diantara kita ada rasa
canggung, apa kau lapar?, yuk kita makan, aku akan mentraktirmu, ” ucap ku
mencairkan suasana
“baiklah, tapi jangan mengomel
jika aku memesan makanan yang mahal” sahutnya dengan tersenyum
“tentu saja, tapi... bukankah
dompet di kantong belakang mu sangat tebal, mungkin aku bisa menghutangnya dulu
untuk mentraktirmu” ucapku dengan tersenyum lebar, Andy pun dengan segera
membalas senyumanku, kamipun tertawa terbahak-bahak bersama.
Ketika bersamanya aku merasa sangat senang
bahkan tidak ada satupun yang kutakutkan, tapi begitu kami berpisah tiba-tiba
perasaan bersalah selalu menggangguku, seperti malam ini, setelah kak Andy
mengantarku pulang, tanpa tahu datang dari mana tiba-tiba perasaan itu
menghinggapiku lagi. Aku merasa bahagia ketika kak Andy selalu disampingku, dia
menjagaku lebih dari dirinya sendiri, bahkan orang lain menghargaiku karena aku
dekat dengannya,kharismanya yang begitu besar membuat banyak orang simpati
dengan nya, bahkan diantara wanita-wanita disekolah ataupun diluar sekolah,
mereka selalu memujanya, merekapun tak jarang merasa iri pada ku karena
kedekatanku dengan kak Andy, namun aku sering dihinggapi ketakutan akan kah kak
Andy tetap bersikap seperti ini padaku selamanya, aku merasa diriku akan hancur
jika hal yang ku takutkan benar-benar terjadi, mana mungkin aku selalu
bergantung pada pohon yang bukan diriku sendiri, jikalu ada angin kencang pasti
pohon itu akan melepaskanku dan meninggalkanku begitu saja, “tidak.. sebelum aku ditinggalkan aku harus
lebih dulu meninggalkannya,” batinku dalam hati
..........
Tanda bel masuk kelas berbunyi, seluruh siswa berhamburan
menuju kelasnya masing-masing, pagi ini bu Susi masuk kekelasku, dan itu
berarti seluruh siswa selama 2 jam harus selalu menghadap kepapan tulis,
tiba-tiba bu Susi menginstruksiku untuk maju kedepan.
“Elma.., kau biasanya mendapat
nilai sempurna, tapi kenapa nilai matematika mu hanya 80?, apa kau tidak
mengkonsultasikan pekerjaan mu ke Andy, kau dekat dengan nya dan itulah yang
menjadi kelebihan mu, kau seharusnya meminta Andy untuk mengkoreksi jawaban mu,
dia adalah siswa yang pintar, kau harusnya belajar darinya” hardik bu Susi
padaku dengan menyerahkan buku tugas matematika
“iya bu” ucapku berat hati,
akupun mengambil buku tugas itu dari tangan bu Susi
Setelah pelajaran selesai aku tak henti-hentinya memikirkan
perkataan bu Susi, bagaimana bisa bu Susi berkata seperti itu padaku, meskipun
perkataanya benar tapi tak seharusnya aku mendengar hal itu, meskipun aku
sangat dekat dengan kak Andy tapi aku sangat terhasut dengan perkatan bu Susi
barusan, terlintas dipikiranku untuk menjauhkan hidupku dari kak Andy, karena
jika kami masih bersama aku hanya akan menjadi yang kedua, bahkan kemampuanku
tidak akan pernah diakui oleh siapapun, karena yang mereka akui hanyalah
kemampuan kak Andy.
“kenapa
wajahmu ditekuk seperti ini?, kau sedang PMS ya?”tanya Aca padaku
“apa-apaan
sih kau ini” jawabku kesal
“apa anak-anak mengolok mu karena
kau dekat dengan kak Andy?” tanya Aca ingin tahu
“karena aku dekat dengan kan
Andy, mereka tidak akan berani mengolokku” ucapku ketus
“lalu apa yang sedang kau
risaukan?” tanya aca penuh selidik
“jika kau jadi aku, apa kau akan
merasa senang?” tanya ku balik pada Ana
“tentu saja, bahkan aku lebih
ingin menjadi dirimu dibanding jadi Raisa (penyanyi Indonesia)” ucap Aca tanpa
berpikir
“apa bagimu semudah itu
memutuskan hidup yang ingin kau jalani” kata ku tak yakin
“apa
selama ini kau menutup mata, telinga, dan perasaan mu, jika kau melihat
gadis-gadis lain, pasti kau akan tersenyum dengan bangganya saat bercermin, kau
selalu menjadi buah bibir para gadis, kau menjalani hidup seperti aktris wanita
dalam drama, kau tahu, kehidupan mu begitu didambakan banyak gadis, aku rasa kaulah
cinderella dikehidupan nyata” terang Aca panjang lebar, mendengar kata-kata yang
diucapkan Aca aku merasa frustasi akan diriku sendiri, bagaimana mungkin
kehidupan yang kuanggap canggung, justru dianggap luar biasa oleh orang lain.
........
Dua
tahun berlalu namun kehidupanku tetap tak berubah, semakin hari perasaan
canggung, was-was, dan marah nampaknya selalu bertambah kuat menggelayuti
pikiran ku, tapi apa daya ku jika perubahan besar belum bisa kuatasi dengan
baik, saat ini kak Andy tengah menjalani masa kuliah semester tiga disalah satu
kampus ternama di Yogyakarta, sedangkan aku baru saja menyelesaikan pendidikan
SMA, kedua orang tuaku menyarankan ku untuk sekampus dengan kak Andy, namun aku
justru berpikir sebaliknya, ini menjadi salah satu kesempatanku untuk tak lagi
menjadi bayangan kak Andy, jika aku bisa kuliah sejauh mungkin dari tempat
kuliahnya sekarang pasti kebebasan mutlak akan ku peroleh, aku tak lagi
memikirkan eksistensi ku yang akan hilang karena tak lagi bersama kak Andy,
karena yang ku inginkan orang dapat melihat serta menghargai ku atas apa yang
kulakukan bukan karena dukungan orang lain, akupun memutuskan untuk mendaftar
salah satu kampus di Jatim, karena tempat tinggalku sekarang di Semarang, maka
tak ada lagi kesempatan bagi kak Andy untuk tetap berada disampingku, karena
jelas-jelas arah kampus kami berlawanan, saat orang tua ku mendengar keputusanku
yang berbeda dari perkiraannya, mereka hanya bisa menyayangkannya saja, namun
pada akhirnya mereka menyetujui keputusan yang aku ambil, berbeda dengan kak
Andy, saat ia mendengarnya ia langsung ke Semarang
“apa
kau benar-benar akan kuliah di Jatim?” tanya kak Andy begitu sampai di
ruamahku, akupun dengan cepat mengiyakan pertanyaannya
“kenapa di Jatim, bukankah kau
sendiri yang bilang padaku ingin kuliah di Yogya?” tanyanya lagi
“dulu memang aku berpikir begitu,
tapi sekarang tidak lagi ” jawabku mengelak
“kau tahu Elma, aku kuliah di
Yogya bukan karena keinginanku untuk kuliah disana, tapi keinginanku untuk
selalu bisa bersama mu, jika kau seperti ini lantas apa yang harus aku
lakukan?” tanya kak Andy kebingungan
“maafkan aku kak, aku tidak bermaksud membuat kakak bingung,
tapi aku harus hidup sesuai dengan kemauanku, jika impianku dulu berbeda dengan
yang sekarang, bukankah itu hal yang wajar, lagi pula aku juga sudah diterima
dikampus ku sekarang, dan orang tuaku juga sudah menyetujuinya, aku mohon kak
mengertilah..” kata ku menenangkan kak Andy
“baiklah jika itu kemauan mu,
tapi kau harus tetap menjadi dirimu yang dulu,kau mengerti?” pinta kak Andy
sungguh-sungguh
“ya aku janji kak”jawabku singkat
..........
Setelah
masuk periode ajaran baru kamipun menjalani kehidupan perkuliahan
masing-masing, aku merasa bebas dengan kehidupanku sekarang, memiliki banyak
teman , dan hidup mandiri dengan kemampuanku sendiri tentunya, aku merasa
pergaulan inilah yang ku idamkan dulu, kami berteman tanpa memandang status, terlebih
lagi mereka menghargaiku tanpa melibatkan dukungan dari kak Andy, seminggu pun
berlalu, masa orientasipun telah kulalui, aku berharap hidupku akan selalu
berjalan sesuai keinginanku. Meskipun aku dan kak Andy tidak pernah bertemu
lagi, namun kak Andy selalu menelpon ku setiap hari, jika aku aktif di medsos,
kak Andy pun selalu mengechat ku terlebih dulu, meskipun hidupku tak sepenuhnya
lepas dari kak Andy, tapi aku cukup menghargai perasaannya yang tulus pada ku.
Dua
minggu pun berlalu, hubunganku dengan kak Andy pun tetap terjalin dengan baik,
namun hari ini berbeda dengan biasanya, sudah menjelang sore tapi kak Andy
belum sekalipun menelphone ku, aku merasa sedikit khawatir terhadapnya namun
aku juga merasa bahagia, mungkin saja dia telah melupakan ku sepenuhnya, inilah
langkah terakhir ku agar terbebas sepenuhnya dari kak Andy.
Takdir
malang memang selalu menyertaiku,tanpa kabar sedikitpun tiba-tiba kak Andy
sudah berada didepan kost ku “aishhh haruskah aku berlari sekarang, ini begitu
memuakkan” gumam ku dalam hati
“bagaimana
kabarmu Elma?” tanya kak Andy memulai pembicaraan
“baik
kak” jawabku agak canggung
“maaf aku datang tanpa
mengabarimu, apa kau merasa terganggu?” tanya kak Andy
“tidak kak” jawabku basa-basi
“ini untukmu, aku membawakannya
dari Yogya” kata kak Andy dengan menyodorkan beberapa paketan padaku
“ahh, kenapa kakak repot-repot
sepert ini, terimakasih ya kak” ucapku pada kak Andy
“iya sama-sama, kau pasti lelah, kalau
begitu aku pergi dulu” kata kak Andy padaku
“apa kakak sudah punya tempat
untu menginap?, diujung jalan ini ada tempat penginapan yang cukup bagus” kata
ku yakin
“ah tidak usah, aku harus
langsung kembali ke yogya, besok siang aku ada kuis,”ucap kak Andy dengan
tersenyum
“jadi kakak sudah mau pulang?”
tanyaku selidik
“iya, melihatmu seperti ini sudah
cukup bagi ku” terang kak Andy padaku, kak Andy pun mulai melangkah pergi dari
kostku, ia tak lupa melambaikan tangannya, akupun membalas lambaian tangannya, melihat
punggungnya yang semakin menjauh akupun merasa sangat bersalah, bagaimana bisa
aku mempersulit kehidupan kak Andy yang selama ini memudahkan kehidupan ku,
tidak aku tidak boleh menjadi wanita lemah seperti ini, punggungnya telah
menghilang dari pandanganku, akupun masuk kedalam kamar kost dan mencoba
menghilangkan perasan bersalah ini.
Keesokan harinya kostan ku
dipenuhi gosip-gosip yang membuat ku merasa tak ingin keluar dari kamar ku,
mereka selalu membisikkan kata-kata yang kuanggap sebagai sampah
“aku pikir sosok Lee Min Ho
datang tadi malam, tapi tak taunya dia mencari maba samping kamarku, aisshh
pria itu begitu tampan, beruntung sekali ia memiliki pacar seperti itu” ucap
kakak tingkat sebelah kamarku, setelah kejadian semalam, seminggu sekali kak Andy
mengunjungiku ke tempat kost, aku merasa hidupku di Jatim tak jauh berbeda dari
kehidupanku di semarang.
Hidupku yang canggung itu kembali
kujalani selama empat tahun masa perkuliahan, bahkan setelah kak Andy
mendapatkan gelar sarjana, ia pun memutuskan unuk bekerja dan melanjutkan S2nya
dikampus yang sama sepertiku, tahun terakhirku kuliah sama saja seperti
kehidupanku selama di Semarang. “ Apa yang harus aku lakukan????” itulah
pertanyaan yang selalu kuucapkan ketika kebingungan ini menderaku
.......
Setahun berlalu dengan cepat
akupun telah genap mengikuti masa kuliah selama delapan semester, seperti
wisudawan lainnya aku juga merasa kebingungan dengan apa yang akan kulakukan
setelah mendapat gelar sarjana. Tanpa sepengetahuan orang tuaku ataupun kak Andy
aku memutuskan hal besar dalam hidupku, setelah mengurus pasport dan
surat-surat penting lainnya, aku memutuskan untuk hijrah dari Negeri ini, aku
pergi ke Korea Selatan untuk berguru pada desainer-desainer terkemuka disana.
Sebulan
sekali aku mengirim surat untuk orang tuaku, itupun tanpa menyertakan alamat ku
di Korea, sedangkan kak Andy aku anggap hubungan kami telah berakhir. Kami sama
sekali tidak pernah berhubungan bahkan aku tidak tahu lagi kehidupannya
sekarang seperti apa.
Hari
ini cuaca di Seoul sangatlah dingin, sejak semalam salju turun tanpa henti, aku
membutuhkan lima lapis baju agar tetap hangat saat beraktifitas diluar, baru
berjalan 50 meter dari apartemen ku tiba-tiba ada orang yang memanggilku
“Elma”, akupun mencari sumber suara yang barusan memanggil namaku
“kau
siapa?”tanyaku penasaran, orang itu berlari kearah ku dan secepat kilat meraih
tubuhku, ia memelukku dengan sangat erat “kau tak ingat aku?” tanya orang itu
dan melepaskan pelukannya kepadaku, aku menatap wajahnya dan ternyata
“kak,,” ucapku tak kuasa
meneruskannya
“ya, ini aku Andy” jawab orang
itu pada ku, ketika ia menyebut nama Andy, kaki ku seakan menyuruhku untuk
mundur, otakku tidak siap untuk mendengar nama Andy, akupun mencoba untuk
menghindarinya, tapi tangannya menggapai tanganku dan menggenggamnya dengan
erat
“kenapa??, sudah 2 tahun aku
memberi mu kesempatan untuk kembali, tapi kau tak kunjung datang, apa aku
begitu tak layak untukmu?” selidik kak Andy
“seharusnya 2 tahun ini kau
gunakan untuk melupakan ku karena kesempatan yang kau berikan padaku tidak ada
gunanya lagi” kata ku dengan yakin
“kau pikir melupakan mu itu
mudah?, aku tahu kau muak padaku, tapi setidaknya kau harus memberi tahuku
semua perasan mu, selama ini aku tahu kau ingin menjauh dariku, tapi selagi kau
tidak mengatakannya, aku akan tetap berada disisimu, saat kau pergi 2 tahun
lalu, aku merasa saat itulah puncak dari kecemasan mu, meskipun aku tahu kemana
kau menyembunyikan diri, namun aku tak bisa menemui mu, aku hanya menahannya
lagi dan lagi, tapi sampai kapan?, ini sudah 2 tahun, dan aku tak lagi bisa
menahannya,” terang kak Andy menyudutkanku
“kak, apa kau senaif ini, selama
bersamamu aku hanya bisa tertawa, tapi ketika aku sendiri tawa itu tak nampak
lagi, kau tahu, orang-orang sangat menghargaiku, tapi bukannya diriku yang
mereka hargai, melainkan dirimu yang menjadi
topeng bagiku. Kita tidak selamanya akan bersama dan itulah yang menjadi
ketakutanku, jika kau muak padaku, lantas apa aku masih bernilai?, tidak ..aku
tidak mau hidup seperti itu, semakin kau bersikap baik, semakin aku ingin
menjauhi mu, aku tak peduli kau menganggap ku egois, meskipun seribu kali aku
berpikir, semua pikiran itu tak akan mengubah apapun, karena sebelum kau
mendorongku aku akan lebih dulu melepaskan genggaman tangan mu, ” tutur ku
dengan mata berkaca-kaca
“baiklah...,
setelah mendengar semuanya dari mu aku cukup lega,, tapi... satu hal yang perlu kau ingat, apapun yang
terjadi.. perasaan ku tidak akan pernah berubah terhadapmu, kau bebas memilih
hidupmu, tapi... pintu untuk mu kembali padaku akan selalu terbuka, tak perduli
sampai kapan pun, jadi jangan pernah malu untuk kembali, ” ucap kak Andy
meyakinkan ku
tanpa
meminta jawaban ku, kak Andypun langsung membukakan pintu mobilnya untuk ku
“masuklah,
diluar dingin, kau mau kemana?, aku akan mengantarkan mu” tanya kak Andy
“tidak usah, aku bisa pergi
sendiri” jawab ku singkat
Itu adalah hari dimana ku akhiri hubungan ku dengan kak Andy
...........................
waktu berlalu begitu cepat, akupun tak semuda dulu lagi,
hidup yang begitu keras di negeri orang membuatku mengerti betul apa itu
perjuangan, menjalin banyak hubungan dengan orang membuat ku paham bahwa dunia
ini realistis, kebanyakan dari mereka hanya akan memberi ketika mereka tahu
imbalan yang akan mereka dapatkan, ketulusan... aku pikir hal itu sudah tak ada, bahkan ketika
kita berbuat baik dan hanya mengharap pahala dari Tuhan, apakah itu dapat
dinamakan ketulusan?, entahlahh..., hal itu membuatku berpikir, apakah sikap
kak Andy pada ku benar- benar tulus?, meskipun tak pernah kutahu jawabannya
tapi setidaknya dia lah satu-satunya orang yang bisa menerimaku apa adanya,
benar aku menyesal betul telah menyia-nyiakannya, meski sampai sekarang pintu
itu masih terbuka, tapi rasa gengsi ku terlalu besar untuk berbalik pulang,
bagiku ini bukan kisah menyedihkan, tapi ini adalah pilihan, meskipun aku
diberi kesempatan untuk kembali dimasa kuliah, akupun akan tetap memilih jalan
ini, setidaknya ini adalah pilihan ku dan aku harus bertanggung jawab sampai
akhir.
TAMAT
‘